Artificial intelligence

AI in Everyday Life

AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan, bagi sebagian orang, AI sudah seperti sahabat. Bentuknya bukan lagi robot menakutkan bernama Skynet atau T-101 seperti dalam film "Terminator".


By
FARHAN FAUZAN WIJAYA

Source: berita satu

Sophia, robot humanoid yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan, dan penciptanya, David Hanson, memamerkan karya seni Sophia di studionya di Hong Kong pada tanggal 2 Maret 2021. Sophia adalah             robot yang memiliki banyak bakat, mampu berbicara, menceritakan lelucon, bernyanyi, dan bahkan              menghasilkan karya seni.

Kecerdasan buatan bukan lagi konsep yang jauh dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari bangun pagi              hingga tidur malam, teknologi telah terjalin erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Dalam laporannya pada Jumat (5/1/2024), BBC mengangkat pertanyaan tentang Charater.ai,                        Woebot, Earkik, Limbic Access, dan Replika. Semuanya merupakan platform percakapan virtual yang                memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Sebagian dari platform tersebut menyediakan bentuk terapi psikologis bagi penggunanya. Bahkan,                        ada platform yang telah disertifikasi oleh otoritas kesehatan sebagai penyedia layanan konseling                        kesehatan mental tahap awal. Platform-platform tersebut dapat menjadi pilihan bagi mereka yang            membutuhkan layanan segera saat kesulitan menjadwalkan janji temu dengan konselor berlisensi.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Generatif Jadi Fokus Investasi di 2024

Salah satu aplikasi tersebut diciptakan oleh Sam Zaia (30), mahasiswa psikologi di Selandia Baru.                            Ia membuat aplikasi dengan salah satu karakter bernama Psikolog. Dalam beberapa bulan, karakter               tersebut telah membagikan 78 juta pesan.

Bot tersebut digambarkan sebagai seseorang yang membantu mengatasi kesulitan hidup. Zaia                mengatakan bot tersebut dilatih menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk menangani kondisi                kesehatan mental yang paling umum, seperti depresi dan kecemasan.

Ciptaan Zaia dan aplikasi lainnya memiliki kesamaan. Semuanya melibatkan pengembangan                                dan pemanfaatan aplikasi pembangkit jawaban berbasis AI.

Semua itu juga mencerminkan bahwa AI telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari.                 Bahkan bagi sebagian orang, AI telah menjadi sahabat mereka.


Berbagai bentuk

Tidak hanya platform tersebut, kedekatan AI dengan kehidupan manusia akan ditampilkan minggu                    depan di Los Angeles, Amerika Serikat. Di ajang Consumer Electronics Show (CES)                                            pada 9-12 Januari 2024, berbagai produk yang dilengkapi AI akan dipamerkan. Mulai dari botol                            susu bayi hingga sepeda.


Ajang tersebut antara lain akan memamerkan kacamata untuk membantu para tuna netra.                       Penggunaan kacamata yang dilengkapi AI membantu penggunanya untuk bergerak dengan aman                            di jalan raya.

Salah satu peserta Consumer Electronics Show (CES) 2023 yang diselenggarakan pada Januari                        2023 di Las Vegas, Amerika Serikat, Mohamed Soliman, memamerkan produknya. Di ajang                                    CE 2024 yang berlangsung pada 9-12 Januari 2024, akan dipamerkan berbagai produk yang                        dilengkapi dengan kecerdasan buatan.

Berbagai perangkat ini menunjukkan bahwa AI hadir dalam berbagai objek dan bentuk.            Bentuknya bukan lagi robot menakutkan bernama Skynet atau T-101 seperti dalam film            Terminator.

Analis memprediksi CES 2024 akan menjadi ajang pameran AI. Analis utama Forrester,            Thomas Husson, mengatakan tren saat ini adalah bagaimana AI memperkuat pengalaman                baru bagi konsumen. Penguatan ini dilakukan dengan cara yang tidak disadari                                oleh konsumen.

Dalam survei yang dilakukan Forrester pada tahun 2023, disimpulkan bahwa                                    83 persen perusahaan dan lembaga Amerika menggunakan AI sebagai sarana untuk        menghasilkan gambar dan kata-kata. Jika belum menggunakannya, perusahaan dan               lembaga tengah menjajaki penggunaan AI untuk fungsi ini.

Asisten virtual

Kehadiran AI sebenarnya sudah cukup lama dimanfaatkan oleh jutaan orang. Wujudnya                hadir dalam bentuk asisten virtual di ponsel dan komputer. Siri, Alexa, Google Assistant,                dan Copilot adalah beberapa asisten tersebut.

Baca juga: Kecerdasan Buatan: Alat atau Ancaman?

Bagi sebagian pengguna, asisten tersebut menyapa mereka dengan ucapan selamat                    pagi. Sebagian pengguna mengizinkan aplikasi tersebut membaca isi email dan                           jadwal harian mereka.

Ada pula pengguna yang memanfaatkan aplikasi tersebut untuk mengingatkan                           mereka saat waktunya istirahat. Dengan kehidupan yang begitu sibuk dan riuh,                            istirahat pun perlu diingatkan oleh komputer.

Beberapa komputer Apple dilengkapi dengan tombol Siri pada papan ketiknya.                    Sementara itu, Microsoft akan menambahkan tombol Copilot pada komputer Windows.

"Kami sangat gembira untuk melangkah maju dan memperkenalkan tombol Copilot baru                    ke komputer Windows 11. Di tahun baru ini, kami akan membawa perubahan signifikan                menuju masa depan komputasi yang lebih personal dan cerdas, di mana AI akan                        terintegrasi dengan mulus ke dalam Windows," tulis Wakil Presiden Eksekutif Microsoft                Yusuf Mehdi dalam blog resmi perusahaan, Kamis (4/1/2024).

Seperti yang disebutkan Husson, penambahan tombol tersebut akan meningkatkan pengalaman                penggunaan AI. Oleh karena itu, Microsoft mengklaim bahwa 2024 akan menjadi tahun komputer                        pribadi dengan AI.

Penambahan tersebut merupakan perubahan terbesar pada tata letak papan ketik komputer                            berbasis Windows dalam 30 tahun terakhir. Keputusan Microsoft tersebut disebut-sebut                                            akan semakin meningkatkan dan memperluas penggunaan AI. Hal ini dikarenakan populasi                                    pengguna Windows yang sangat besar.

Rekomendasi

Siri, Alexa, dan Copilot semuanya berbasis AI. Aplikasi-aplikasi tersebut mempelajari kebiasaan dan                        pola pengguna ponsel dan komputer. Berdasarkan hal tersebut, asisten tersebut merekomendasikan                        berbagai hal. Hal tersebut dapat berupa lagu yang didengarkan, film yang ditonton, produk yang ingin                        dibeli, dan tempat-tempat yang layak dikunjungi.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Kurangi Kepadatan Lalu Lintas Jakarta hingga 20 Persen

Di mesin pencari, AI menghasilkan hasil pencarian tidak hanya berupa tautan dan alamat situs web.                        Hasil pencarian juga hadir dalam bentuk ringkasan kalimat yang singkat dan padat. Bing Microsoft dan                    Google telah menerapkan pola ini.

Saran tersebut mungkin tidak selalu akurat. Namun, setidaknya saran tersebut didasarkan pada                        kebiasaan penggunaan ponsel dan pengguna komputer.

Ketidakakuratan sering ditemukan pada layanan pemutar musik dan film. Beberapa rekomendasi                    sebenarnya tidak disukai oleh pengguna. Namun, rekomendasi tersebut didasarkan pada musik                                dan film yang sering diputar.

Merawat kenangan

Dalam beberapa situasi, AI digunakan untuk mengobati kerinduan atau mengatasi kesepian                                    di Tiongkok. Orang yang berduka mencoba melestarikan kenangan orang terkasih yang telah                        meninggal dengan membuat avatar berbasis AI.

Layanan tersebut antara lain digunakan oleh Seako Wu dan istrinya. Putra mereka, Xeanmo,                                meninggal karena stroke beberapa tahun lalu.

Wu mengumpulkan rekaman foto, video, dan suara mendiang putranya. Setelah itu, ia membayar                            beberapa ribu yuan kepada salah satu perusahaan yang memproses semua data tersebut                            menggunakan AI. Perusahaan tersebut membuat replika suara, wajah, dan perilaku Xeanmo.

Wu ingin membuat simulasi yang sangat menyerupai kenyataan. Suara, wajah, bahkan perilaku                                dibuat semirip mungkin dengan mendiang, meski hanya dalam bentuk virtual. "Setelah kita                            menyelaraskan realitas dan metamesta, saya akan bersama putra saya lagi," katanya.

Baca juga: Kecerdasan Buatan, Jembatan Menuju Masa Depan bagi Kemanusiaan

Layanan serupa disediakan oleh AI Super Brain. Pendirinya, Xhang Zewei, mengatakan bahwa                                biaya layanan mereka mencapai 20.000 yuan. Dengan biaya tersebut, layanan mereka dapat                                digunakan hingga 20 hari.

Layanan berupa karakter virtual yang dapat meniru wajah, suara, dan perilaku. Bagi mereka yang                            kehilangan orang terkasih, karakter-karakter ini bisa menjadi sumber penghiburan.

Atasi kesepian

Sementara itu, di AS, segmen pasarnya berbeda. ElliQ, robot yang dikembangkan oleh                                            Intuition Robotics, membantu para lansia mengatasi kesepian. Robot ini dilengkapi dengan AI.

Bentuknya menyerupai lampu meja kecil dengan kepala tanpa mata dan mulut yang menyala                                    dan dapat berputar. ElliQ dapat bercanda, menjadi teman bercerita, dan memberikan tanggapan                                pada topik tertentu.
















Pengunjung Consumer Electronics Show (CES) pada Januari 2023 di Las Vegas, Amerika Serikat, akan menyaksikan berbagai produk yang mengusung kecerdasan buatan. Produk serupa akan dipamerkan di CE 2024 yang berlangsung pada 9-12 Januari 2024.

Robot tersebut mengingat minat setiap pengguna dan percakapan mereka. Berdasarkan hal itu, ElliQ menyusun topik percakapan berikutnya.

CEO Intuition Robotics, Dor Skuler, menyatakan bahwa sebagian besar perangkat ElliQ didistribusikan oleh lembaga bantuan di beberapa negara bagian, termasuk New York, Florida, Michigan, Nevada, dan Washington.

Robot tersebut juga dapat dibeli oleh pelanggan perorangan seharga $600 USD (Rp9,3 juta). Skuler menargetkan untuk menjual lebih dari 100.000 unit dalam waktu lima tahun.

Baca juga: Kecerdasan Buatan untuk Kampanye Politik

Tentu saja, kehadiran AI tidak hanya membawa aspek positif. Bahkan, CEO OpenAI, Sam Alman, juga merasa khawatir. Pemimpin lembaga yang memproduksi Chat GPT tersebut merasa khawatir dengan dampak AI terhadap politik dan persenjataan. Ia juga tidak tahu ke mana AI akan berkembang selanjutnya.

Di sisi lain, ia juga mengatakan bahwa teknologi ini merupakan harapan umat manusia untuk terus bertahan hidup dan maju. Syaratnya, ada aturan ketat yang dapat membatasi pengembangannya ke arah yang merugikan. (AFP/AP/REUTERS)






Komentar